Cara Melunakkan Hati yang Keras -->

Cara Melunakkan Hati yang Keras

Friday, March 20, 2020, March 20, 2020

Cara Melunakkan Hati yang Keras d


Itu adalah maksud orang yang menghadiri peralatan, undangan, tempat-tempat pergaulan dan kejinakkan hati. Dan ini pada waktu itu juga, kembali kepada bagian jiwa. Terkadang ada yang demikian itu, di atas jalan haram, dengan berjinak-jinakan hati dengan orang yang tidak boleh berjinak-jinakan hati. Atau di atas jalan mubah (cara yang diperbolehkan). Dan terkadang disunnahkan yang demikian, kerana urusan agama. Dan yang demikian, mengenai orang yang diperoleh kejinakkan hati, dengan menyaksikan hal-ikhwalnya dan perkataan-perkataannya tentang agama. Seperti kejinakkan hati dengan syaikh-syaikh yang selalu menuruti jalan taqwa. Dan terkadang cara itu bersangkutan dengan bagian jiwa. Dan disunnahkan, apabila maksudnya adalah menyenangkan hati untuk menggerakkan panggilan kerajinan pada ibadah. Sesungguhnya hati itu apabila dipaksakan, niscaya ia buta. Dan manakala di waktu sendirian merasa kesepian dan waktu duduk-duduk dengan teman, merasa kejinakkan yang menentramkan hati, maka duduk-duduk itu lebih utama. Kerana pelan-pelan pada ibadah adalah setengah dari kehati-hatian bagi ibadah. Dan kerana itulah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

إن الله لا يمل حتى تملوا

(Innallaha laa yamallu hattaa tamalluu)
Artinya : "sesungguhnya Allah tidak bosan, sehingga kamu bosan".

Ini adalah keadaan yang tidak dapat dilepaskan. Kerana jiwa itu, tidaklah merasa jinak dengan kebenaran terus-menerus, selama ia tidak ditenteramkan (di-istirahatkan). Dan pada memberatkan jiwa yang terus-menerus itu, meminta sejenak waktu untuk istirahat. Dan inilah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi Muhammad SAW :

إن هذاالدين متين فاوغل فيه برفق

(Inna haadzad-diina matiinun fa aughil fiihi birifqin).
Artinya: "bahwa Agama ini kokoh-kuat, maka masukkanlah kedalamnya dengan pelan-pelan!".

Memasukkan ke dalamnya dengan pelan-pelan, adalah sifat orang-orang yang bermata hati. Dan kerana itulah Ibnu Abbas berkata : "jikalau tidaklah takut kepada was-was, niscaya tidaklah aku duduk-duduk dengan manusia". Sekali Ibnu Abbas mengatakan : "Sesungguhnya aku masukin negeri-negeri, yang tidak ada orang yang menjinakkan padanya. Adakah yang merusakkan manusia, selain dari manusia?".
Jadi, maka tidaklah merasa cukup orang yang ber-uzlah itu, tanpa teman yang merasa kejinakkan hati dengan melihat dan bercakap-cakap sesaat dalam sehari semalam. Maka hendaklah bersungguh-sungguh mencari orang yang tidak akan merusakkannya pada saatnya itu, akan saat-saatnya yang lain!.

المرءعلى دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Artinya : "Manusia itu menurut agama temannya. Maka hendaklah seseorang kamu melihat akan orang yang mau diambil menjadi teman!"

Dan hendaklah berusaha supaya adalah pembicaraannya ketika bertemu, mengenai urusan agama, menceritakan hal-ikhwal hati, pengaduan dan keteledoran hati dari ketetapan di atas kebenaran dan petunjuk kepada jalan yang benar. Maka pada yang demikian, memperoleh kelegaan dan menenteramkan bagi jiwa. Dan padanya itu jalan yang lapang bagi tiap-tiap orang yang sibuk dengan memperbaiki dirinya.

Sesungguhnya, tidaklah terputus pengaduan hati, walaupun diberi usia yang panjang. Dan orang yang rela tentang dirinya sudah pasti tertipu. Maka kejinakkan hati yang seperti ini, pada sebagian waktu siang, kadang-kadang lebih utama daripada uzlah terhadap sebagian orang. Maka carilah padanya pertama-tama hal-ikhwal hati dan hal-ikhwal teman duduk! Kemudian barulah duduk-duduk bersama.

TerPopuler