Blogger Jateng

Dalil Tahlilan Versi NU


Tahlil itu berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca kalimat La Ilaha Illallah. Di masyarakat NU sendiri berkembang pemahaman bahwa setiap pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat itu secara bersama-sama disebut Majelis Tahlil. Majelis Tahlil dimasyarakat Indonesia sangat variatif, dapat diselenggarakan kapan dan dimana saja. Bisa pagi, siang, sore, atau malam. Bisa dimasjid, mushala, rumah, atau lapangan. 

Acara ini bisa diselenggarakan khusus Tahlil, meski banyak juga acara Tahlil ini ditempelkan pada acara inti yang lain. Misalnya, setelah dibaan disusul Tahlil, Yasinan lantas Tahlil, sebelum midodareni ada Tahlil, acara Tasmiyah (memberi nama bayi) ada Tahlil, khitanan ada Tahlil, pengajian ada Tahlil, sampai arisan pun ada Tahlil. Waktu yang digunakan untuk Tahlil biasanya 15-20 menit dan bisa diperpanjang dengan cara membaca kalimat La Ilaha Illallah... 100 kali, 200 kali, atau 700 kali. Atau diperpendek misalnya hanya 3 kali, atau 21 kali. Semua ini disesuaikan kebutuhan dan waktu. 
Semua rangkaian kalimat yang ada dalam Tahlil diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits nabi. Lain tidak! Jadi, keliru pemahaman sebagian orang yang menganggap Tahlil buatan Kiai atau ulama. Yang menyusun jadi kalimat-kalimat baku Tahlil dulunya memang seorang ulama, tetapi kalimat demi kalimat yang disusunnya tak lepas dari anjuran Rasulullah. 

قال صلى الله عليه وسلم من أعان على ميت بقراءةوذكراستوجب الله له الجنة. رواه الدارمى والنسائ عن ابن عباس
Rasulullah bersabda: siapa menolong mayit dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan zikir, Allah memastikan surga baginya (HR. ad-Darimy dan Nasa'i dari Ibnu Abbas).