Aku tidak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan "rumah" dalam hadits yang diatas tadi, yaitu hati dan dengan "anjing" yaitu marah dan sifat-sifat tercela yang lain. Tetapi aku mengatakan bahwa itu adalah peringatan kepada hati dan suatu perbedaan antara kata-kata dhahir yang menunjukkan kepada bathin dan peringatan kepada bathin dengan menyebutkan kata-kata dhahir serta tetap pada kedhahirannya. Golongan ahli kebathinan mengadakan perbedaan dengan pengertian yang halus tadi.
Maka inilah jalan tamsil ibarat, jalan yang ditempuh oleh para 'alim ulama dan orang baik-baik. Karena pengertian dari tamsil ibarat (i'tibar) yaitu mengambil ibarat dengan apa yang diterangkan kepada orang lain, tidaklah untuk orang lain itu saja. Seumpama seorang yang berpikiran waras, melihat bahaya yang menimpa orang lain,
maka menjadi tamsil ibaratlah baginya, sebagai suatu peringatan bahwa dia pun mungkin pula ditimpakan bahaya tersebut.
Dunia ini adalah selalu berputar laksana roda pedati. Maka mengambil ibarat dari orang lain untuk diri sendiri dan dari diri sendiri kepada asalnya dunia ini, adalah suatu tamsil ibarat yang terpuji. Maka anda ambil jugalah menjadi ibarat dari.rumah yaitu pembangunan dari manusia kepada hati, yaitu sesuatu rumah yang
dibangun oleh Tuhan dan dari anjing yang dicela kerena sifatnya bukan kerena bentuknya yaitu padanya terdapat sifat kebuasan dan kenajisan kepada jiioa keanjingan, yaitu sifat kebuasan. Ketahuilah bahwa hati yang dipenuhi dengan kemarahan, loba kepada dunia dan bersifat anjing mencari dunia dengan rakus, dengan mengoyak-ngoyak kepentingan orang lain adalah anjing dalam arti dan hati dalam bentuk. Orang yang bermata hati memperhatikan arti, tidak bentuk.