Bila guru itu tidak bertindak bebas, dengan memilih suatu pendapat tertentu, tetapi kebiasaannya hanya mengambil madzhab-madzhab dan apa yang tersebut dalam madzhab-madzhab itu, maka dalam hal ini hendaklah waspada! Sebab orang yang semacam itu, lebih banyak menyesatkan dari pada memberikan petunjuk.
Maka tidaklah layak orang buta memimpin dan menunjuk jalan kepada sesama buta. Orang yang begini keadaannya, dapat dihitung dalam keadaan buta dan bodoh.
Mencegah orang yang baru belajar dari pada mencampuri persoalan-persoalan yang meragukan, samalah halnya dengan mencegah orang yang baru saja memeluk Islam, dari pada bergaul dengan orang-orang kafir. Menarik orang yang "kuat" kepada membanding dalam masalah-masalah khilafiah, samalah halnya dengan mengajak orang yang "kuat" untuk bergaul dengan orang kafir.
Dari itu, dilarang orang pengecut menyerbu ke garis depan. Dan sebaliknya orang yang berani, disunatkan maju terus. Termasuk dalam bahagian melengahkan yang penting ini, ialah sangkaan sebahagian orang yang "lemah" bahwa boleh mengikuti orang-orang yang "kuat" mengenai persoalan-persoalan yang mudah, yang diambil dari pada mereka. Ia tidak tahu bahwa tugas orang yang "kuat", berbeda dengan tugas orang yang "lemah ".
Mengenai itu, berkata sebahagian ulama : "Barang siapa memperhatikan aku pada tingkat permulaan (al-bidayah), maka jadilah dia orang benar (shiddiq). Dan barang siapa memperhatikan aku pada
tingkat penghabisan (an-nihayah), maka jadilah dia orang zindiq ".
Karena tingkat penghabisan itu, mengembalikan semua amalan kepada bathin dan segala anggota badan tetap tidak bergerak, selain dari amalan fardlu yang ditentukan. Maka tampaklah bagi orang yang melihat bahwa tingkat penghabisan itu suatu perbuatan batil,
malas dan lengah. Amat jauhlah dari itu!
Maka yang demikian itu adalah pengikatan hati dalam pandangan kesaksian dan kehadliran hati kepada Allah Ta'ala dan membiasakan berdzikir yang terus-menerus, yang menjadi amalan utama.
Dan penyerupaan orang lemah dengan orang kuat tentang sesuatu yang kelihatan dari dhahimya itu suatu kesalahan, adalah menyamai halnya dengan alasan orang yang menjatuhkan sedikit najis ke dalam kendi air. Dia mengemukakan alasan bahwa berlipat ganda lebih banyak dari najis ini kadang-kadang dilemparkan ke dalam laut.