Tasawuf dalam Pengertian Terminologis (Istilah)
Selain berbeda pendapat seputar asal-muasal kata suf (tasawuf), para peneliti juga berbeda pendapat seputar definisinya. Perbedaan ini terjadi karena banyaknya madzhab dalam tasawuf. Karena itu, para peneliti membuat definisi yang beragam hingga jumlahnya mencapai lebih dari seribu definisi. Banyaknya definisi seputar tasawuf ini disebabkan oleh beberapa hal:
1. Perbedaan rasa (dzaug) dan kecenderungan di kalangan sufi, khususnya yang menerima ajaran tasawuf melalui penjelasan dan definisi.
2. Perbedaan fase tasawuf yang dijalani oleh sufi, serta perbedaan lingkungan tempat tinggal sufi.
Orang yang jeli mengamati definisi tasawuf akan menjumpai bahwa setiap definisi mempunyai arah dan tujuan tertentu. Dengan demikian, adalah hal yang wajar jika setiap sufi mempunyai pengalaman khusus dalam bertasawuf. Pengalaman ini dipengaruhi oleh akidah dan pemikiran masyarakat setempat. Definisi tasawuf yang diutarakan sufi, mau tak mau, dipengaruhi juga oleh tingkat kemajuan dan kemunduran peradaban zamannya.
Di antara definisi tasawuf adalah sebagai berikut:
1. Ma'ruf Al-Karkhi (wafat 200 H) mendefinisikan tasawuf sebagai: "menempuh hakikat, dan memutuskan harapan kepada sesama makhluk."
2. Abul Hasan Ats-Tsauri mengatakan, "Tasawuf berarti membenci dunia dan mencintai Allah."
Berdasarkan pada dua definisi di atas, maka tasawuf bisa diartikan sebagai "berzuhud di dunia, mengkhususkan semua amal hanya bagi Allah, dan meninggalkan hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat."
Definisi ini boleh jadi benar, karena tasawuf pada fase-fase awalnya belum dicampuri oleh pikiran-pikiran dan keyakinan luar.
3. Al-Kittani (wafat tahun 322 H) mendefinisikan tasawuf sebagai "akhlaq, maka barang siapa menambah akhlaknya, berarti ia telah menambah kesucian dirinya."
4. Al-Hariri (wafat tahun 311 H) mendefinisikan tasawuf sebagai "masuk ke dalam akhlak sunnah (baca: mulia), dan keluar dari akhlak rendah." Tasawuf menurut definisi yang disampaikan oleh Al-Kittani dan Al-Hariri berarti "menghiasi diri dengan akhlak terpuji."
5. Al-Junaid mendefinisikan tasawuf sebagai, "Engkau bersama Allah tanpa adanya 'hubungan'. Ia juga mendefinisikan, 'Tasawuf berarti engkau dikhususkan oleh Allah dengan kejernihan.'"
6. Asy-Syibli mengatakan, "Tasawuf adalah memulai dengan mengenal (ma'rifat) Allah dan mengakhiri dengan mengesakan Allah." Al-Kittani juga mengatakan, "Tasawuf berarti shafafa' (jernih) dan musyahadah (menyaksikan)."
Sumber: Tasawuf Antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah