Tasawuf dalam Pengertian Etimologis (Bahasa)
Para peneliti, baik klasik maupun kontemporer, berbeda pendapat seputar asal-muasal kata tasawuf. Perbedaan pendapat ini melahirkan banyak variasi, dan perbedaan itu juga mengimbas pada definisi tasawuf.
Adapun pendapat yang terpenting dalam kaitannya dengan asal-muasal kata tasawuf terangkum dalam keterangan berikut:
1. Kata sufi diambil dari kata shafa' (jernih, bersih) atau shuf (bulu domba). Pendapat ini benar jika dilihat dari sisi makna yang dikandung tasawuf, tetapi salah jika dilihat dari sisi akar katanya. Meskipun kata sufi berdekatan secara makna dengan kata shafa' - yang terkandung dalam diri seorang sufi - tetapi menurut kaidah bahasa, penisbatan kata sufi terhadap kata shafa' tidak tepat. Nisbat kata shafa' adalah shafu', bukan sufi. Sedangkan nisbat kata shuf adalah shafawi, bukan suf.
Dr. Muhammad Mustafa Hilmi, *Al-Hayaath Ar-Ruhiyah fi Al-Islam* (Al-Ha'iah Al-Ammah lit Ta'lif wan Nasyr, 1970), hlm. 86-87. Lihat juga Dr. Badawi, *Tarikh Al-Tashawwuf Al-Islami*, Wakalah Al-Mathbu'at, hlm. 8. Lihat juga Nicolson, *At-Tashawwuf Al-Islami*, terjemahan Abul Ala Afifi, (Lajnah At-Ta'lif wat Tarjamah), hlm. 66.
2. Sebagian orang berpendapat bahwa kata sufi dinisbatkan pada Ahlush Shuffah. Kata Ahlush Shuffah dipakai untuk menyebut orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Mereka dihibur oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan beliau juga menganjurkan sahabat-sahabatnya untuk menghibur Ahlush Shuffah ini.
Meskipun jika dilihat dari sisi makna, pendapat ini benar, tetapi tidak tepat jika dilihat dari sisi kaidah bahasa karena nisbat kata Shuffah adalah shuffi, bukan sufi.
3. Sebagian orang berpendapat bahwa kata sufi diambil dari akar kata shaff. Jika ditilik dari maknanya, pendapat ini benar, tetapi dari segi bahasa tidak tepat karena nisbat kata shaff adalah shafi, bukan suf.
4. Sebagian orang berpendapat bahwa kaum sufi dinisbatkan pada kabilah Bani Shuffah. Ini adalah kabilah baduwi yang mengurus Ka'bah pada masa Jahiliyah.
5. Sebagian orang berpendapat bahwa kata sufi diambil dari kata shaufanah. Meskipun dari sisi makna pendapat ini dibenarkan, tetapi tidak tepat dari sisi bahasa karena nisbat kata shaufanah adalah shaufaani, bukan sufi.
6. Sebagian berpendapat bahwa kata sufi adalah nisbat dari kata suufiya. Kata ini berasal dari kata Yunani ("sophie"), yang berarti "mencinta dan mengutamakan filsafat." Pendapat ini tidak benar karena huruf "S" dari bahasa Yunani selalu ditransliterasikan dengan huruf siin dalam bahasa Arab, bukan dengan huruf shaad. Jika kata sufi diasumsikan berasal dari kata "sophie," maka kata sufi harus ditulis dengan huruf siin, bukan huruf shaad.
Pendapat ini bermaksud mengatakan bahwa ajaran tasawuf bersumber dari ajaran asing, yaitu ajaran Yunani. Pendapat ini tidak tepat karena filsafat Yunani tidak mengenal ajaran sufi sebagaimana yang dikenal dalam dunia Islam, meskipun filsafat Yunani membahas akhlak/etika manusia.
7. Imam Al-Qusyairi berpendapat bahwa sufi adalah lagab (julukan) atau semacam lagab. Dia mengatakan, "Sebutan ini (sufi) diberikan kepada kelompok (yang mengamalkan ajaran tasawuf). Dikatakan, 'Laki-laki sufi.' Sedangkan kelompok sufi disebut sebagai sufiyah. Orang yang sedang belajar tasawuf disebut sebagai mutashawwwif. Kelompok yang sedang belajar tasawuf disebut mutashawwifah." Imam Qusyairi tidak menyinggung asal-muasal kata sufi. Yang jelas, menurut dia, sufi adalah semacam gelar.
8. Sebagian orang berpendapat bahwa kata sufi diambil dari kata shuuf (bulu domba kasar), karena memakai baju dari bulu domba kasar adalah kebiasaan nabi-nabi dan siddiqin. Pakaian dari bulu domba juga merupakan tanda orang-orang miskin yang rajin beribadah. Setelah memaparkan beragam pendapat seputar asal-muasal kata sufi, saya lebih cenderung mendukung pendapat terakhir, yaitu kata sufi diambil dari akar kata shuuf (bulu domba kasar), karena dari sisi makna maupun bahasa sangat sesuai. Banyak ulama yang mendukung pendapat ini, seperti As-Sarraj Ath-Thusi dalam Al-Luma' halaman 42; As-Sahruradi dalam 'Awarif Al-Ma'arif 'ala Hamisy Al-Thya' jilid 5 halaman 64; Ibnu Khaldun dalam Al-Mugaddimah halaman 42; dan Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Al-Fatawa jilid 1 halaman 6.
Untuk mendukung pendapat ini, Dr. Qasim Ghani mengatakan, "Walhasil, pendapat yang paling sesuai dengan logika, al-manthiq, dan kaidah bahasa adalah pendapat yang mengatakan bahwa sufi adalah kata Arab, shuuf (bulu domba). Orang-orang zuhud dan selalu riyadh pada abad-abad pertama Hijriyah disebut sufi, karena mereka terbiasa memakai pakaian dari bulu domba kasar. Sedangkan kata tasawuf sendiri dianggap sebagai mashdar-nya (dengan wazan tafa'ul). Adapun arti tasawuf adalah 'memakai pakaian dari bulu domba', sebagaimana taqammmush diartikan sebagai memakai qamish (gamis). Para peneliti kontemporer pun memilih pendapat ini.
Selain itu, jika dibandingkan dengan pendapat lain, pendapat ini merupakan pendapat yang paling tua usianya, karena sebagian masyarakat menjalani hidup zuhud dan merasa cukup dengan hanya memakai baju dari bulu domba kasar. Pendapat ini diperkuat dengan atsar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Ia berkata, "Tujuh puluh nabi menempuh perjalanan jauh dalam keadaan berhaji dan mengenakan pakaian dari bulu domba." (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).
Sumber: Tasawuf Antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah