HARI ini 17 tahun lalu, dini hari pada 23 Juli 2001, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengeluarkan dekrit. Tiga poin yang dikeluarkan Gus Dur dalam dekritnya adalah (1) Pembubaran MPR/DPR, (2) Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) Membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR.
Selaku orang dekat Gus Dur, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dalam beberapa kesempatan pun mengungkapkan kenapa dekrit tersebut dikeluarkan. “Wes suwe gak onok dekrit, cak (Sudah lama tidak ada dekrit, cak),” kata Cak Nun sembari menahan tawa saat menirukan perkataan Gus Dur.
Tak perlu waklu lama, lembaga yang kala itu dipimpin Amies Rais, pun mengkudetanya di siang hari.
Kudeta tersebut tentu memancing perlawanan pendukung Gus Dur yang sudah berkumpul di luar Istana. Dalam situs resmi NU menuliskan, Sebagian politisi NU menyuarakan perlawanan, sebagian kecil bahkan membentuk front “perjuangan”, mereka siap mempertahankan Gus Dur di kursi presiden.
Suara perlawanan terus dikumandangkan, basis-basis Nahdliyin menggelegak, dibangkitkan dengan narasi terdzolimi. Di tengah situasi yang panas, tentu banyak yang tahu apa reaski Gus Dur akan adanya aksi tersebut.
Dalam buku “Sisi Lain Istana” J. Osdar mengisahkan, dengan digandeng putrinya Tenny Zanuba Wabid sekira pukul 20.48 WIB, Gus Dur menuju teras Istana Merdeka dengan celana pendek dan kaos warna abu-abunya yang menjadi saksi catatan sejarah perjalanan bangsa.
Tiga hari setelahnya, Gus Dur keluar dari Istana diiringi massa yang rela mati untuknya. Ia pun menyempatkan diri untuk berpidato di lapangan Monas. Beberapa hari sehabis momen tersebut Gus Dur pun berkata, “Itu lebih baik daripada tidak pakai celana,”.
J. Osdar pun menuliskan, sebenarnya Gus Dur sudah mengenakan pakaian komplit yang lebih formil, namun karena momen tersebut luput dari pantauan wartawan, maka Gus Dur mau mengulangnya.
“Tetapi Gus Dur sudah keburu lepas pakaian dan mengenakan celana pendek. Namun, Gus Dur tidak keberatan untuk tampil begitu,” tulis J. Osdar mengutip pernyataan Siane Indriani yang pernah jadi petinggi di Global TV.
—
Source: Okezone.com