Bertanya Farqad As-Sabakhi kepada AI-Hasan mengenai suatu hal. Maka menjawab Al-Hasan, lalu berkata Farqad : "Kaum fuqaha (ahli fiqih) itu berselisih pendapat dengan kamu". Kemudian Al-Hasan ra. berkata : "Wahai Farqad yang dikasihi! Adakah kamu melihat seorang ahli fiqih itu dengan matamu sendiri? Bahwa seorang ahli fiqih itu adalah zuhud di dunia, gemar ke akhirat, bermata hati kepada agama, kekal beribadah kepada Tuhannya, Wara' mencegah dirinya dari mempercakapkan kehormatan orang muslimin,yang memelihara dirinya dari harta mereka dan yang menasehati jama'ah mereka".
Dalam keseluruhannya tadi, Al-Hasan tidak menyebut penghafal furu'-furu' fatwa. Dan saya tidak mengatakan bahwa nama "fiqih" itu tidaklah pokok bahasa dan tidaklah untuk fatwa mengenai hukum-hukum dhahir. Tetapi ada, secara umum dan keseluruhan atau secara diikut-sertakan. Maka adalah pemakaian mereka kata-kata "fiqih" kepada ilmu akhirat itu, lebih banyak.
Maka nyatalah dari pengkhususan tersebut, meragukan kebangkitan manusia untuk memakai perkataan "fiqih" semata-mata kepada yang tadi dan berpaling dari ilmu akhirat dan perihal hati.
Dan mereka mendapat untuk yang demikian penolong dari tabiat manusia. Karena ilmu bathin itu tidak jelas dan mengerjakannya sukar. Dan memperoleh kedudukan dalam pemerintahan, kehakiman, kemegahan dan kekayaan itu sulit dengan ilmu bathin. Maka setan memperoleh jalan untuk membaikkan yang tersebut, di dalam hati dengan jalan mengkhususkan nama "fiqih"', yang menjadi nama terpuji itu pada syari'at.
