Blogger Jateng

Nasihat Bagi Si penjual Agama dan Hilangnya Sifat Muru'ah


Nasihat Bagi Si penjual Agama dan Hilangnya Sifat Muru'ah

Diriwayatkan bahwa Abu Hanifah disebutkan namanya pada Ibnul Mubarak, lalu Ibnul mubarak menjawab : "Adakah kamu sebutkan seorang laki-laki, yang diberikan kepadanya dunia dengan segala
kemewahannya, lalu ia lari daripada kemewahan itu?".
Diriwayatkan dari Muhammad bin Syujja', berasal dari setengah shahabat Abu Hanifah, bahwa ada orang mengatakan kepada Abu Hanifah : "Amirul-mu'minin Abu Ja'far Al-Manshur memerintahkan untuk dianugerahkan kepada tuan, uang sebanyak sepuluh ribu dirham".
Muhammad bin Syujja' mengatakan, bahwa Abu Hanifah tidak bersedia menerima pemberian tersebut. Muhammad bin Syujja' mengatakan : "Ketika sampai pada hari yang diduga uang itu akan diantarkan kepada Abu Hanifah, maka ia mengerjakan shalat shubuh. Kemudian ia menutup badannya dan tidak berkata kata sepatah katapun".
Maka datanglah utusan Al-Hasan bin Quhthubah membawa uang, lalu masuk ke tempat Abu Hanifah. Dan Abu Hanifah tidak berbicara dengan dia. Lalu berkata sebahagian orang yang hadlir :
"Beliau itu tidak berbicara dengan kita, kecuali sepatah demi sepatah. Artinya, itulah kebiasaan beliau".
Kemudian, maka berkatalah Imam Abu Hanifah : "Letakkanlah uang itu dalam tas kulit ini dan bawalah ke sudut rumah!". Kemudian, sesudah itu, Abu Hanifah meninggalkan wasiat mengenai harta benda di rumahnya. Dia mengatakan kepada anaknya : "Apabila aku mati kelak dan aku telah kamu kuburkan maka ambillah dirham yang puluhan ribu ini. Dan bawalah kepada Al-Hasan bin Quhthubah dan katakanlah kepadanya : "Ambillah barang simpanan engkau yang engkau simpan pada Abu Hanifah!". Berkata anak Abu Hanifah : "Maka aku laksanakan wasiat itu".
Lalu berkata Al-Hasan : "Rahmat Allah kepada ayahmu. Sesungguhnya dia adalah orang yang tidak mau sedikitpun mengulur tentang agamanya".
Diriwayatkan, bahwa Imam Abu Hanifah dipanggil untuk diangkat menjadi kadli (hakim), lalu ia menjawab : "Aku tidak layak untuk jabatan itu!".
Lalu orang bertanya kepadanya:"Mengapa?".
Abu Hanifah menjawab : "Kalau aku benar, maka aku tak layak untuk itu. Kalau aku bohong, maka pembohong tak layak menjadi kadli!".