Blogger Jateng

Nasehat buat Felix Siauw yang telah Mentalak tiga Nasionalisme


Nasehat buat Felix Siauw yang telah Mentalak tiga Nasionalisme

Sampai kapanpun Felix Siauw kemungkinan memang tidak akan pernah mengakui Negara Kesatuan Republik Indeonsia (NKRI). Dia memang sudah benci dengan nasionalisme. Sesuai dengan keyakinannya, Dia hanya mengakui khilafah. Bahkan ia secara terang-terangan menyatakan berpisah dengan yang berbau nasionalisme.
Keputusan berpisah dan emoh rujuk kembali diungkapkan Felix Siauw melalui sebuah tulisan yang diunggah di website felixsiauw.com pada 2012 lalu. Tulisan itu berjudul “Talaq Tiga Nasionalisme Now”.
berikut linknya: http://felixsiauw.com/home/talak-tiga-nasionalisme-now/
Dan berikut bantahan sekaligus meluruskan pemikiran Felix Siauw yang ditulis Musoffa Irfan dalam akun facebooknya;
Terus terang, saya sulit menarik nalar sehat dari logika berpikir ( tulisan Felix Siauw) di bawah ini. Bagi saya, ini tak lebih dari benang kusut yang sudah lusuh dan super ruwet.
“Nasionalisme inilah yang bertanggung jawab atas histerisnya cewek-cewek kampungan pas liat Irfan (Irfan Bachdim), yang membuat bapak-bapak rgame-rame beli baju, jaket merah, selendang merah, uforia ndeso, rela pawai naik motor sambil nyanyi “Garuda di dadaku”, sementara anaknya di rumah nangis nyari susu”.
Kalimat di atas perlu saya komentari. Sebenarnya sih anaknya di rumah nangis bukan nyari susu, tapi nyari ibunya, yang lagi beli micin di warung sebelah.
Nah, kalau ibunya sudah ketemu, baru si anak nyari susu yang nempel di ibunya… (Huahaaa…)
Pada paragraf kedua dari bawah, tertulis tegas begini: “Akhirul Kalam, berhati-hatilah dalam perjuangan, jangan sampai niat kita membantu sodara kita yang tertindas di Palestina, justru menjadi sesuatu yang buruk karena kita tidak mengerti duduk permasalahan dan akhirnya malah mendukung ‘nasionalisme Palestina'”.
Menurut saya, inilah cara berpikir paling sontoloyo abad ini..
Lalu si “ustadz” (pake tanda petik), dengan tegas menyatakan, “Mulai hari ini saya nyataken ‘talak tiga’ pada nasionalisme. Segala hal yang menyangkut pemindahan kekuasaan dan lain hal akan diselesaikan dalam tempok yang sesingkat-singkatnya”.
Menurut saya, ini cara pandang yang sudah .sangat parah. Sontoloyo murakkab. Ngaku sudah talak tiga, tapi masih angkrem hidup seatap, itu namanya selingkuh. Mending minggat aja cari gacoan baru.
Saya jadi teringat Firman Allah Surat Al-Hujurat ayat 13, “Hai manusia, Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal”.
Jadi, nasionalisme (nation/ bangsa), adalah realitas sosial yang sudah menjadi hukum alam/ sunnatullah.
Lalu bagaimana bisa ada sekelompok manusia yang begitu membenci paham kebangsaan atau nasionalisme?
Ingat, sejak kekalahan Turki Utsmani dalam Perang Dunia I,Turki ibarat lelaki yang sedang sakit kolera. Jangankan membantu dan melindungi yang lain, sekedar untuk bangun, Turki perlu bantuan tongkat sebagai tiang penyangga.
Negara-negara Arab yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Turki, seperti Arab, Sudan, Tunisia, Al-Jazair, Syiria, Irak, Lebanon, dan seterusnya, menjadi “bancakan” Inggris dan Perancis.
Tapi dengan semangat nasionalisme, cinta tanah air itulah, bangsa tersebut bangkit, lalu mengobarkan semangat berjuang melawan kaum kolonial untuk mendapatkan kemerdekaan.
“Ngomong-ngomong mas Irfan sudah berapa kali ke Turki Utsmani?”
“Dua puluh kali..”
“Haahhhh…!!!”
“Iya.., yang 10 kali ada dalam imajinasi, dan yang sepuluh lagi ngegomballl..”
Huahaaa…. hisap dalem-dalem kreteknya mas bro...
Sumber : muslimoderat.net