Blogger Jateng

Kisah Seorang Majusi yang Bertaubat karena Terbakar Api


Kisah Seorang Majusi yang Bertaubat karena Terbakar Api

Konon, pada masa hidup Malik bin Dinar, ada dua orang bersaudara beragama majusi. Seorang di antara mereka telah menyembah api selama tujuh puluh tiga tahun, sedang yang lain telah menyembah selama tiga puluh lima tahun.
Adiknya berkat kepada kakaknya: "kak, kita telah menyembah api ini sejak sekian lama. Marilah kita coba, jika ia masih membakar kita seperti kepada orang lain, kita takkan menyembahnya lagi sama sekali, tapi kalau tidak, kita akan menyembahnya sampai mati."
Maka mereka menyalakan api, lalu kata adiknya pula kepada kakaknya:"Kakakkah yang akan menaruh terlebih dahulu ke dalam api, ataukah saya dulu?"
"kamulah yang mulai dulu," ujar kakaknya. "Tahulah tanganmu ke dalam api."
(Adiknya menurut), dia taruh tangannya ke dalam api tapi ternyata api itu masih membakar tangannya."Celaka." serunya, seraya melepaskan tangannya dari api, lalu katanya kepada api itu: "Wahai api, telah sekian lama aku menyembahmu, tapi tetap kau sakiti aku, ah jahat kau," kemudian katanya pula kepada kakaknya:"Kak, marilah kita tinggalkan dia."
"Tidak," jawab kakaknya, "Dia takkan ku tinggalkan."
Maka kakaknya itu ditinggalkan oleh adiknya, dan datanglah adiknya itu bersama keluarganya ke pintu rumah Malik bin Dinar. Ketika itu Malik bin Dinar tengah duduk memberi pelajaran. Maka dia ceritakan kisahnya kepada Malik. Sedang Malik menerangkan islam kepadanya dan kepada keluarganya.
Orang-orang pun menangis semua karena gembira. Kemudian Malik bin Dinar berkata kepada laki-laki itu:"Duduklah bersama kami beserta sahabat-sahabatku, akan saya kumpulkan sedikit harta dunia dari sahabat-sahabatku."
"jangan," tukas laki-laki itu, "Aku tak mau menjual agama dengan dunia,"  selanjutnya ia pun pergi. Maka didapatinya di antara reruntuhan kota sebuah bangunan rusak. Dia masuk ke sana bersama keluarganya, di sana mereka beribadah kepada Allah Ta'ala.
Esok paginya, istrinya berkata:"pergilah ke pasar, dan carilah pekerjaan, dan hasilnya gunakan buat membeli makanan."
Berangkatlah laki-laki itu menuju pasar, tapi tak seorang pun juga mau mengupahnya. Kata laki-laki itu dalam hati:"saya akan bekerja untuk Allah Ta'ala.