Studi tentang Mengenakan Atribut Natal untuk Membaca MUI dan FPI -->

Studi tentang Mengenakan Atribut Natal untuk Membaca MUI dan FPI

Wednesday, May 16, 2018, May 16, 2018


Semua yang
terhormat  Anggota MUI dan FPI adalah  pertanyaan tentang  hukum yang menggunakan  atribut non-Muslim dalam buku kuning  belajar , minta  untuk didengar:

Assalamualaikum pak ustadz, saya ingin  tanya
Kalau tidak salah saya pernah baca katanya kelompok  hanafiah, yang sahih untuk  mereka, Malikiyyah dan pun  jumhur Syafiiyyah bahwa barang siapa bertasyabbuh dengan orang kafir dalam urusan  pakaian yang adalah  syi'ar mereka yang dengannya memisahkan  diri dari kaum muslimin dihukumi kafir secara dzahir yaitu  dalam hukum hukum dunia .. pertanyaannya
A. Apakah benar bahwa Shaykhiyyah menganggap demikian?
B. apa ada  pendapat ulama Syafiiyyah dan ulama mazhab lain berasumsi  tidak menuliskan   kafir bila   bertasyabbuh laksana  orang kafir dalam urusan  pakaian, misalnya menggunakan  baju yang ada  gambar salib? Terima kasih sebelumnya pak ustadz ...


JAWABAN


HUKUM (SERUPA) DENGAN NON MUSLIM

1A. Tidak benar. Tashabuh atau serupa   orang kafir  antara makruh dan haram, yang  maksimal  haram (lihat uraian di bawah). Tidak sampai  tingkat ketidakpercayaan kafir. Kecuali ketika  ke tingkat membenarkan doktrin kafir  dan menyalahkan Islam. Masalah ini telah dibahas  secara rinci.

PENGGUNAAN HUKUM DARI TRANSMISI NON-MUSLIM ATAU BATANG

1B. Mengenakan pakaian berisi  gambar salib bertentangan hukum  di antara para ulama ada  yang mengaku  makruh ada  yang menulis   ilegal:

(A) Al-Rahibani, seorang sarjana dari sekte Hanbali, mengaku tidak sah karena  keserupaannya kuat, tetapi  tidak murtad. dalam Ullah Nuha fi Syarhi Ghayah Al-Muntaha, hal. 2/607, Al-Rahibani menyatakan:

وقولهم فيما تقدم: يكره تشبه بهم إذا لم يقو كشد الزنار, ولبس الفاختي, والعسلي, لأنه ليس بتشبه محض, وكثير من المسلمين يفعلونه في هذه الأزمنة من غير نكير, وأما المختص بهم كالعمامة الزرقاء والقلوصة, وتعليق الصليب في الصدر فهذا لا ريب في تحريمه , ويكون قولهم فيما تقدم مخصوصا بما هنا, والفرق ما في هذه من شدة المشابهة, وما ورد في الخبر فهو محمول على ما إذا قويت المشابهة

Artinya: Ucapan ulama bahwa makruh mirip   orang kafir itu bilamana  serupanya tersebut  tidak kuat laksana  ikatan sabuk di perut, menggunakan  gesper, .. karena tersebut  tidak mirip   secara murni. Banyak umat Islam melakukan tersebut  pada zaman ini tanpa ada  ingkar. Adapun pakaian yang khusus guna  mereka laksana  sorban biru, cincin, menggantung salib di dada maka ini tidak diragukan keharamannya. Ucapan mereka (ulama) tersebut  khusus dalam konteks ini. Adapun lain  antara  paling mirip dan tidak (dalam istilah hukum)  terletak pada kemiripan yang kuat  (atau lemah).

Dalam penjelasan di atas , Al-Rahibani membagi rupa (tasyabuh / musyabahah) dengan orang-orang tidak percaya dalam dua kelompok  lemah dan kuat. Keserupaan yang powerful  hukumnya haram, bila   serupanya lemah hukumnya makruh. Maknanya, mirip   kuat juga  tidak sampai  tingkat murtad.

(b) Al-Mardawi, seorang cendekiawan mazhab Hanbali, mengklaim bahwa penggunaan salib adalah  tidak sah ketika  dalam bentuk kalung dan makruh ketika  dalam format  gambar di baju. Dalam Al-Inshof fi Makrifat Ar-Rajih, para menteri Khilaf, hal. 3/257, Al-Mardawi menyatakan:

التشبه بالنصارى -مع بغضهم والبراءة من ملتهم-في خصوصيتهم الدينية المحضة بلبس شعارهم: (الصليب) محرم, وأما جعل صفة صليب في ثوب ونحوه فمكروه على المشهور

Artinya: Menyerupai orang Nasrani - dengan tetap tidak menyenangi  mereka dan terbebas dari agama mereka - dalam kekhususan agama mereka yang murni dengan menggunakan  baju syiar mereka: yaitu  salib tersebut  ilegal. Adapun membuat format  salib di pakaian dan lainnya maka tersebut  makruh menurut  deskripsi dari  pendapat yang masyhur.

Abul Khattab Al-Kalwadzani (madzhab Hanbali) dalam Al-Intishar fil Masail Al-Kibar, mengaku  lebih tegas bahwa menggunakan  kalung salib tersebut  ilegal namun  tidak kufur:



من تزيا بزي كفر, من لبس غيار وشد زنار وتعليق صليب بصدره: حرم ولم يكفر ".

Artinya: Siapa pun yang berpakaian  dengan dekorasi  orang-orang kafir seperti menggunakan  sabuk Belus-gaya dan sabuk khas orang Kristen dan menggunakan  rantai leher di dada, maka  adalah haram tetapi  tidak kafir.

(c) Makruh menggunakan  kalung salib atau cross-dressing:
Al-Buhuti di Syarah Al-Muntaha, hal. 1/313, menyatakan:

(و) كره (مطلقا) في صلاة وغيرها (تشبه بكفار) ... (و) كره أيضا مطلقا جعل صفة (صليب في ثوب ونحوه) كعمامة وخاتم; لأنه من التشبه بالنصارى وظاهر نقل صالح: تحريمه, وصوبه في: الإنصاف

Artinya: Makruh absolut ketika  shalat atau lainnya sejenisnya  orang tidak percaya .. dan gambar makruh mutlak dari salib dalam pakaian dan yang lainseperti surban dan cincin karenatermasuk  yang serupa Nazaren. Berdasarkan uraian dari  thezahirnya Saleh quote: haram. Inibenar oleh Al-Mardawi dalam Al-Inshaf.


MADZHAB SYAFI'I KASUS PAKAIAN TUHAN DENGAN GILA

(d) Ibn Hajar Al-Asqalani dari madzhab Syafi'i di Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari, hal. 1/484, menyatakan:

باب إن صلى في ثوب مصلب أو تصاوير هل تفسد صلاته وما ينهى عن ذلك

قوله: (باب إن صلى في ثوب مصلب) بفتح اللام المشددة, أي فيه صلبان منسوجة أو منقوشة أو تصاوير, أي في ثوب ذي تصاوير, كأنه حذف المضاف لدلالة المعنى عليه. وقال الكرماني: هو عطف على ثوب لا على مصلب, والتقدير أو صلى في تصاوير. ووقع عند الإسماعيلي "أو بتصاوير" وهو يرجح الاحتمال الأول, وعند أبي نعيم "في ثوب مصلب أو مصور"

قوله: (هل تفسد صلاته) جرى المصنف على قاعدته في ترك الجزم فيما فيه اختلاف, وهذا من المختلف فيه. وهذا مبني على أن النهي هل يقتضي الفساد أم لا? والجمهور إن كان لمعنى في نفسه اقتضاه, وإلا فلا.

قوله: (وما ينهى من ذلك) أي وما ينهى عنه من ذلك, وفي رواية غير أبي ذر "وما ينهى عن ذلك" وظاهر حديث الباب لا يوفي بجميع ما تضمنته الترجمة إلا بعد التأمل; لأن الستر وإن كان ذا تصاوير لكنه لم يلبسه ولم يكن مصلبا ولا نهي عن الصلاة فيه صريحا. والجواب أما أولا فإن منع لبسه بطريق الأولى, وأما ثانيا فبإلحاق المصلب بالمصور لاشتراكهما في أن كلا منهما قد عبد من دون الله تعالى. وأما ثالثا فالأمر بالإزالة مستلزم للنهي عن الاستعمال. ثم ظهر لي أن المصنف أراد بقوله مصلب الإشارة إلى ما ورد في بعض طرق هذا الحديث كعادته, وذلك فيما أخرجه في اللباس من طريق عمران عن عائشة قالت "لم يكن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يترك في بيته شيئا فيه تصليب إلا نقضه" . وللإسماعيلي "سترا أو ثوبا"

Artinya: Ketika seseorang shalat di baju yang berisi  gambar salib atau gambar tidak membatalkan doanya dan sesuatu yang dilarang

Kalimat "Ketika shalat menggunakan kaos  dari salib" berarti bahwa kemeja itu  ada tanda bermotif atau gambar salib, yaitu  dalam kaos bergambar ...

Ungkapan "Apakah doa batal dan kosong" penulis (yaitu Bukhari) tidak meyakinkan  (membatalkan shalat) dalam masalah yang menjadi perbedaan para ulama. Sedangkan masalah ini, yaitu  masalah citra salib, milik  masalah khilafiyah. Asumsi ini berdasarkan  apakah larangan (atau materi terlarang) berdampak  membatalkan doa atau tidak? Jumhur ulama menyatakan bilamana  larangan tersebut  pada makna tersebut  sendiri maka mengurungkan  shalat, bila   tidak maka tidak batal.

Kalimat "Sesuatu yang dilarang" .... satu  , ketika  membuat penutup dilarang bahkan lebih  memakainya; kedua, menyamakan salib dengan gambar sebab  samanya dua-duanya  dalam hal sama-sama disembah di samping  Allah; ketiga, gunakan order  hilangkan itu  atur batasan untuk memakainya ...

Penjelasan dari Ibnu Hajar pada dasarnya adalah bahwa  menggunakan  pakaian cross-dressing ketika doanya yang sah adalah ilegal. Tetapi itu tidak berdampak pada murtad.

Bahkan di bab beda  Ibnu Hajar mengaku  bahwa menggunakan  sesuatu yang menjadi karakteristik  agama non-muslim tersebut  hukumnya makruh bilamana  di luar shalat. Dan bilamana  sesuatu tersebut  sudah bukan lagi  menjadi karakteristik  agama tertentu maka kemakruhannya hilang. Di Fathul Bari, hal. 1/307, Ibnu Hajar mengakui  dalam hal 'mayasir dan arjuwan' yaitu pangkalan kecil yang digunakan  penunggang kuda yang  tradisi kafir non-Arab:

: وإن قلنا النهي عنها من أجل التشبه بالأعاجم, فهو لمصلحة دينية, لكن كان ذلك شعارهم حينئذ وهم كفار, ثم لما لم يصر الآن يختص بشعارهم زال المعنى, فتزول الكراهة. والله أعلم

Artinya: Jika kita menganggap  penggunaan ilegal mereka karena  mirip dengan non-Arab, maka itu  demi agama. Tetapi itu  terjadi ketika  dasar  masih menjadi karakteristik mereka  ketika mereka tidak percaya. Kemudian ketika  dasar  tidak lagi menjadi karakteristik  mereka maka hilangkan artinya  dan hilang pun  hukum makruhnya.

Ibn Hajar Al-Asqalani  menanggapi soal thailasan atau thayalisah, yakni  pakaian orang Yahudi yang bentuknya laksana  surban, apakah tergolong  tasyabuh yang ilegal atau tidak. Di Fathul Bari, hal. 10/274, Ibn Hajar menyatakan:

وإنما يصلح الاستدلال بقصة اليهود في الوقت الذي تكون الطيالسة من شعارهم, وقد ارتفع ذلك في هذه الأزمنة فصار داخلا في عموم المباح

Arti: Argumen yang menggunakan  thayalisah adalah  hukum itu ilegal karena  tasyabuh harus disajikan  pada saat  thayalisah menjadi karakteristik  agama mereka. Saat ketika  karakteristik ini  itu telah  hilang, maka baju ini masuk dalam kelompok  umum yang dibolehkan.


KESIMPULAN

- Mirip dengan mereka yang kafir dalam soal pakaian di luar sholat  makruh ketika  pakaian  masih menjadi ciri  dan simbol agama mereka. Dan ketidaksabaran  hilang ketika  pakaian  sudah bukan lagi  menjadi karakteristik  keagamaan.

- Mengenakan baju bergambar saat shalat makruh; menggunakan  baju silang atau karakteristik  hukum non-Muslim adalah ilegal tetapi  doanya tetap sah. [alkhoirot.net].

TerPopuler