Blogger Jateng

Meneladani Iblis Dalam Berdakwah



Kebalikan dari dakwah para nabi adalah dakwahnya wahabi. Nabi berdakwah mengislamkan orang kafir sedangkan wahabi mengkafirkan orang yang sudah islam.
Tweet
NAPAS BAU? Kamu bisa menghilangkannya dalam 3 hari dengan mencampurkan...
Tahukah kamu cara mengurangi tagihan listrik 2-3 kali lebih murah?
Bau mulut-jejak parasit dalam tubuh. Parasit hilang jika Anda minum sesendok
Tahukah kamu cara mengurangi tagihan listrik 2-3 kali lebih murah?
Makhluk mengerikan akan keluar dari tubuh jika di pagi hari kamu minum segelas
Makhluk mengerikan akan keluar dari tubuh jika di pagi hari kamu minum segelas
Related Articles
PERSPEKTIF/OPINI
VIRAL WAHABISME Takfiri dan merasa paling beriman adalah dua sayap iblis yang dikepakkan oleh wahabi. Keduanya harus berbanding lurus dan seimbang
Meneladani Iblis Dalam Berdakwah
 salman farisi  5 March 2016
 Opini & Artikel, Tokoh Kita, Wahabi Salafi
 2,187 Views
Meneladani Iblis Dalam Berdakwah
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah thoghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Qs~al-Baqarah:257)
Seorang Mufti wahabi yang bernama Bin Bâz berfatwa:
ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺘﻮﺳﻂُ ﻭﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺩُ ﻓﻲ ﺃﻥ ﺍﻟﻜُﻔﺮَ ﻳﻜﻮﻥُ ﺑﺎﻟﻘﻮﻝِ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﻤﻞِ ﺃﻭ ﺍﻻﻋﺘﻘﺎﺩِ :
” ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻣﺠﻠﺔ ﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ ﺍﻟﻜﻮﻳﺘﻴﺔ ، ﺍﻟﻌﺪﺩ ‏( 94 ‏) : ﺍﻟﺬَّﺑﺢُ ﻟﻐﻴﺮِ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻭﺍﻟﺴُّﺠﻮﺩ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ ،ﻛﻔﺮٌ ﻋﻤﻠﻲٌّ ﻣُﺨﺮﺝٌ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻠَّﺔ، ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻟﻮ ﺻﻠَّﻰ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻭ ﺳﺠﺪ ﻟﻐﻴﺮﻩ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ، ﻓﺈﻧَّﻪ ﻳﻜﻔﺮ ﻛﻔﺮﺍً ﻋﻤﻠﻴَّﺎً ﺃﻛﺒﺮ - ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ – ﻭﻫﻜﺬﺍ ﺇﺫﺍ ﺳﺐَّ ﺍﻟﺪِّﻳﻦ ، ﺃﻭ ﺳﺐَّ ﺍﻟﺮَّﺳﻮﻝ ، ﺃﻭ ﺍﺳﺘﻬﺰﺃ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ، ﻓﺈﻥَّ ﺫﻟﻚ ﻛﻔﺮٌ ﻋﻤﻠﻲٌّ ﺃﻛﺒﺮ ﻋﻨﺪ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ “.
Dari kitab at Tawassuth wa al Iqtishâd …. : Berkata Abdul Aziz bin Bâz –seperti dalam majalah al Furqân-Kuwait, edisi 94: “Menyembelih bukan untuk Allah, sujud bukan untuk Allah adalah kekafiran praktis yang mengeluarkan dari agama . Demikian juga jika shalat untuk selain Allah atau sujud untuk selain Allah SWT, sesungguhnya ia adalah kekafiran secara praktis dengan kekafiran terbesar (yang mengeluarkan dari agama)–semoga kita dilindungi oleh Allah.” Perhatikan fatwa dia yang penulis garis bawahi. Sepertinya pak tua ini -saat itu- terlalu lelah sehingga berkurang daya hapalnya yang menjadi andalan dia satu-satunya. Dia sengaja mengulang kata sujud untuk menyamakan sujud penghormatan dan sujud penyembahan. Kata sujud yang pertama adalah sujud penghormatan dan sujud kedua -yang setelah kata sholat- adalah sujud penyembahan. Benarkah fatwa dia tersebut jika ditimbang menurut al-Qur`an? Allah mengabadikan percakapan nabi Yusuf ‘alaihissalam dan nabi Ya’qub ‘alaihissalam:
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku”.
Dialog antara nabi Yusuf ‘alaihissalam dan ayahnya tersebut diabadikan Allah pada surah dengan namanya sendiri pada ayat 4. Dan Allah mewujudkan mimpi Yusuf ‘alaihissalam tersebut yang terekam pada ayat 100 di surah yang sama. Nabi Ya’qub ‘alaihissalam dan sebelas anaknya bersujud kepada nabi Yusuf ‘alaihissalam. Artinya, mufti wahabi ini telah mengkafirkan orangtua nabi Yusuf ‘alaihissalam dan sebelas saudaranya. Padahal orang tua nabi Yusuf ‘alaihissalam adalah nabi. Dan sudah wajarlah dalam ketidakcerdasan mereka dalam beragama membuat mereka juga berani mengkafirkan orangtua nabi Muhammad. (baca juga: Menghitung dzikir sesat dan musyrik)
Selain sering salah membuat fatwa pada level muftinya, pada lapisan pemulanyapun saling berlomba jadi mufti dan mujtahid kecil-kecilan. Jika bertemu dengan siapa saja yang awam menurut mereka, mereka langsung berfatwa meskipun dengan bekal satu hadits. Bahkan, bagi mereka -mujtahid kecil-kecilan ini- seseorang sekelas Qureish Shihab dan Said Agil Sirajj adalah orang awam dalam pandangan mereka meskipun mereka ini baru ikut dhauroh sebulan sedangkan orang yang mereka anggap awam adalah orang yang belajar agama secara sistematis dan berjenjang sampai mencapai berbagai macam gelar dalam pendidikan agama.
Kenapa mereka sangat suka mengeluarkan orang dari islam?
Upaya mereka dalam mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dengan mereka tidak lebih sebagai upaya dalam menutupi kelemahan mereka dalam berfikir. Dengan mengkafirkan orang lain, mereka sudah menutup celah untuk kalangan awam yang mengikuti mereka agar tidak mendengar apapun yang dikatakan oleh orang yang mereka kafirkan. Hal ini perlu mereka lakukan agar orang awam tidak sempat lagi untuk membandingkan perkataan ulama mereka dengan ulama lain yang berbeda dengan mereka karena ulama lain itu sudah kafir. Upaya ini juga termasuk kedalam upaya dalam mempertahankan eksistensi dan ke-ekslusif-an kelompok mereka. Mengaku paling hanif dan mengaku mendapat hidayah adalah suatu bentuk penegasan lain dari kesukaan mereka dalam mengkafirkan orang lain. Coba simak perkataan pendiri mereka -Dul Wahab- yang sangat angkuh ini yang tidak lagi membutuhkan perkataan Imam Ahlusunnah:
“Segala puji dan karunia dari Allah serta kekuatan hanyalah bersumber dari-Nya. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan hidayah kepadaku untuk menempuh jalan lurus, yaitu agama yang benar; agama Nabi Ibrahim yang lurus, dan Nabi Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Alhamdulillah aku bukanlah orang yang mengajak kepada ajaran sufi, ajaran imam tertentu yang aku agungkan atau ajaran orang filsafat. Tetapi, aku mengajak hanya kepada Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mengajak kepada Sunah Rasul-Nya yang telah diwasiatkan kepada seluruh umatnya. Aku berharap (kalian) tidak menolak kebenaran jika datang kepadaku.”
Takfiri dan merasa paling beriman adalah dua sayap iblis yang dikepakkan oleh wahabi. Keduanya harus berbanding lurus dan seimbang. Semakin rajin mengkafirkan maka mereka semakin merasa paling beriman. Dan hal itu jelas bertolak belakang dengan dakwah para nabi. Nabi selalu mewanti-wanti ummat untuk tidak mudah mengkafirkan siapa saja yang mengucapkan kalimah Laa ilaaha illa Allah meskipun yang mengucapkan itu hanya sebagai bentuk keterpaksaan dan kepura-puraan, sebaliknya wahabi SANGAT ANTI terhadap sunnah nabi yang satu ini yakni sunnah larangan pengkafiran. Mereka lebih suka meneladani iblis untuk memasukkan orang islam ke neraka meskipun neraka hanyalah hayalan mereka. Si Fulan kafir, si Fulan finnar (dalam neraka), si Fulan musuh Allah, si Fulan zindiq, si Fulan rafidhah, dll dsb adalah dzikir rutin di bibir mereka yang lebih banyak mereka lafadzkan daripada dzikir astaghfirullah wa atuubu ilaihi. (sumber : Manhajsallafi.com)