Santri Gus Dur Menjawab Tantangan Global -->

Santri Gus Dur Menjawab Tantangan Global

Friday, August 5, 2016, August 05, 2016

Oleh Moh. Abdul Aziz Nawawi
Pengembangan sumber daya manusia dalam Kajian Bulanan Gusdurian Jogjakarta (KBGJ) merupakan bagian dari salah satu kegiatan Jaringan Gusdurian Jogjakarta. KBGJ memiliki harapan terhadap peran lembaga pendidikan tinggi di Indonesia belakangan ini makin membesar ketika masyarakat makin tidak memiliki harapan terhadap berbagai lembaga pemerintah yang mampu menjadi lokomatif perubahan.

Alih-alih mampu menjadi lokomatif kemajuan, berbagai lembaga pemerintah yang memiliki mandat menjalankan agenda reformasi justru sibuk membersihkan dirinya dari hiruk-pikuk praktik korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN). Peran yang harus dimaninkan oleh Kajian Bulanan Gusdurian Jogjakarta (KBGJ) tentu sangat terkait dengan tantangan besar yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan.

Eksistensi Indonesia dipertaruhkan ditengah-tengah sengitnya kompetisi merebut supremasi global. Urgensi untuk menjadi bangsa yang unggul tersebut makin terasa dengan diberlakukannya pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sejak tanggal 1 Januari 2016.

Tantangan Indonesia

Bagaimana tantangan besar bangsa Indonesia saat ini? Merefleksikan perkembangan kompleksitas persoalan Indonesia, beberapa masalah yang perlu diselesaikan, yakni membangun kembali kepercayaan (trust), menjaga pluralitas, dan membumikan berbagai teori global yang lebih relevan dengan tradisi lokal Nusantara. Indonesia mestinya dapat membanggakan diri. Sejak Indonesia mengadopsi sistem demokrasi, Indonesia telah dinobatkan sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.

Sayangnya, realitas menunjukkan bahwa kualitas kita berdemokrasi masih pada tataran demokrasi prosedural. Sudah beberapa kali bangsa kita menyelenggarakan pemilihan umum. Namun, kualitas Pemilu masih terlihat belum membaik. Pemilu gagal menghasilkan wakil rakyat yang aspiratif. Pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung juga gagal melahirkan pemimpin yang mumpuni. Data kementerian dalam negeri menyebut, sampai hari ini, ada sekitar 311 kepala daerah terlibat korupsi.

Akar persoalannya adalah karena buruknya kinerja partai politik. Partai politik yang mestinya menjadi simbol demokrasi saat ini malah identik dengan korupsi. Suramnya praktik demokratisasi di Indonesia itu terkulminasi pada tumbuhnya rasa ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap semua lembaga publik. Tantangan lain, menjaga pluralisme dan melindungi kelompok minoritas.

Demokrasi yang cenderung liberal telah menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, demokrasi memberi ruang kebebasan kepada seluruh masyarakat. Namun, di sisi lain kebebasan tersebut sering disalahgunakan. Berbagai kasus penyerangan terhadap kelompok minoritas, menunjukkan bahwa demokrasi yang berbasis konstitusi sebagaimana dikatakan oleh Thomas Jefferson bahwa minoritas harus tetap dilindungi.

Persoalan lainnya, merespon kebijakan liberalisasi. Adopsi prinsip-prinsip liberal tersebut telah membuat berbagai ukuran keberhasilan kehidupan masyarakat saat ini lebih banyak di dasarkan pada pencapaian hal-hal yang bersifat material/kebendaan sehingga mendorong banyak orang menggunakan jalan pintas: korupsi. Kecenderungan liberalisme yang berlebihan telah membuat banyak anak muda Indonesia mudah terpengaruh produk teknologi dan budaya luar.

Peran KBGJ

Kajian Bulanan Gusdurian Jogjakarta (KBGJ), termasuk aktivis santri Gus Dur, memiliki tanggung jawab besar dalam menjawab tantangan tersebut. Oleh karena itu, kurikulum  dalam KBGJ  dirancang agar tidak hanya menghasilkan manusia cerdas, tetapi juag berbudaya dan memiliki wawasan global.

Para aktivis KBGJ di berbagai titik di Indonesia diharapkan menjadi pribadi yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, dan memiliki kepercayaan diri untuk bersaing di level global terutama Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Dan untuk mencapai tujuan tersebut, KBGJ harus  dilakukan dengan cara: pertama, mengintegrasi dan menginterkoneksikan kurikulum yang bersifat intra dan ekstra kurikuler. Dengan cara ini mahasiswa diberi kesempatan menyeimbangkan waktu nya untuk belajar di tempat dimana KBGJ berada dan mengembangkan diri untuk mengikuti kegiatan yang bersipat soft-skill.

Kedua, membekali mahasiswa baru dengan nilai-nilai kebangsaan dan ke-pluralisme-an agar para aktivis baru memiliki pemahaman terhadap jati diri bangsanya dan karakter plural bangsa Indonesia. Ketiga, mendorong mahasiswa untuk memiliki wawasan luas dengan melihat dunia luar (outward looking). Dengan cara ini mahasiswa akan memiliki rasa percaya diri sebagai bangsa besar dan mampu memposisikan dirinya sama tinggi ditengah-tengah  negara lain.*** via nu online

TerPopuler