Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj berbicara soal bagaimana Walisongo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Mereka semua merangkul, bukan memukul.
Kiai Said membahas soal pergerakan ormas-ormas Islam yang menyingkirkan tradisi, melupakan sejarah panjang dakwah Islam di Nusantara. Dia menyampaikannya lewat kultwit di Twitter, Sabtu (28/1/2017). detikcom juga telah menghubungi Kiai Said lewat pesan singkat.
“Pergerakan ormas-ormas Islam yang menyingkirkan tradisi, melupakan sejarah panjang dakwah Islam di negeri ini. Mereka yang berdakwah dengan kekerasan dan memusuhi seni-budaya, lupa dengan sejarah hadirnya Islam di bumi Nusantara,” tulisnya lewat akun @saidaqil.
Kiai Said mengatakan Walisongo pada abad ke-14 berdakwah menyebarkan ajaran Islam dengan cara damai, menggunakan rasa dan seni. “Medianya berupa wayang dan suluk-suluk yang menguatkan rasa,” tulisnya.
Menurut Kiai Said, kita harus memahami cara dakwah Walisongo. Ada proses panjang yang dijalani. Bertahap hingga komprehensif, sebelum akhirnya Islam bisa diterima dan kini jadi agama mayoritas di Indonesia.
“Dakwah para wali itu merangkul, bukan memukul. Misalnya, mereka yang suka slametan diajak slametan dulu, yang kemudian diisi dengan ritual Islam, membaca ayat-ayat Alquran & selawat. Wayang juga sama, ada pesan tentang syahadat & ajaran Islam,” ujarnya.
Strategi Walisongo itulah, menurut Kiai Said, yang harus diingat dan diterapkan. Dengan cara yang sejuk, tanpa kekerasan, dan tidak dengan mengkafir-kafirkan orang.
“Strategi Walisongo dan kiai pesantren berhasil mengislamkan orang kafir & sudah terbukti. Bukan malah mengkafir-kafirkan orang & tanpa kekerasan,” tulis Kiai Said.
“Betapa pentingnya fikih, akhlak, dan tasawuf adalah rangkaian yang tidak bisa putus. Dengan memahami hukum Islam, teladan sikap Rasulullah & puncak spiritualitas, maka Islam akan menjadi agama yang sejuk, ramah & tidak mengerikan,” sambungnya.
(hri/fjp/detik.com)